Pages

Sabtu, 26 Januari 2013

Hyena

Dubuk
Rentang fosil: Akhir Pliosen – Sekarang
Dubuk di Taman Nasional Ngorongoro, Tanzania
Status konservasi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Hyaenidae
Genus: Crocuta
Spesies: C. crocuta
Nama binomial
Crocuta crocuta
(Erxleben, 1777)[2]
Ranah persebaran dubuk
Ranah persebaran dubuk
Dubuk (Crocuta crocuta) atau dubuk tutul, adalah mamalia karnivora dari suku Hyaenidae, yang jumlahnya terbanyak di antara spesies yang sekerabat dengannya. Meskipun daerah persebaran spesies ini selama masa prasejarah mencakup Eurasia dari Eropa Atlantik sampai Cina, sekarang mereka hanya terdapat di seluruh Afrika di sebelah selatan Sahara kecuali Lembah Kongo.[3] Dubuk hidup di sebuah komunitas matriarkal yang disebut klan, yang terdiri sampai 80 individu.[2]
Meskipun seringkali dianggap sebagai hewan pemakan bangkai yang penakut, sebagian besar dubuk mendapatkan makanan dengan cara berburu hewan ungulata berukuran sedang,[2] dan seringkali berselisih dengan singa mengenai masalah makanan dan wilayah kekuasaan.[4] Mereka termasuk yang tercerdas di antara hewan karnivora, dengan penelitian yang mengindikasikan tingkat kecerdasan sosial mereka setara dengan spesies primata.
Dubuk biasanya muncul dalam mitologi dan cerita rakyat Afrika, dengan penggambaran sosok yang berbeda-beda, mulai dari pembawa terang, sampai simbol kerusakan moral.

Setiap kali saya menonton sequel film ” God Must Be Crazy ” yang teringat oleh saya adalah Nixau dan Hyena (binatang sejenis anjing yang selalu ingin memangsa anak Nixau). Kalau Nixau sudah jelas bintang utama dalam film tersebut, kalau hyena bagaimana ? Nah itulah menariknya, mungkin banyak orang yang belum mengetahui bahasa Indonesianya Hyena yaitu Dubuk. Nama yang aneh menurut saya.
Ada satu yang unik dari binatang Dubuk ini yaitu binatang ini khas sekali dengan benua Afrika dan belum pernah saya melihatnya di belahan dunia yang lain termasuk Indonesia atau Asia. Apakah hanya di benua Afrika saja binatang Dubuk bisa bertahan hidup atau cocok habitatnya ?
Sebuah tim dari Museum Nasional Ilmu Pengetahuan Alam (National Museum of Natural Sciences (CSIC)) telah menganalisis dampak perubahan iklim terhadap kelangsungan hidup dubuk di Eropa lebih dari 10.000 tahun yang lalu. Perubahan-perubahan ini memainkan peran penting, tetapi para ilmuwan mengatakan masih diperlukan penelitian untuk melihat pengaruh ekspansi manusia dan perubahan fauna herbivora terhadap kepunahan spesies ini secara definitif di seluruh benua.
Sara Varela, penulis utama studi ini dan peneliti di National Museum of Natural Sciences ( CSIC), mengatakan bahwa perubahan iklim di masa lalu secara tidak langsung bertanggung jawab atas kepunahan dubuk yang pernah terlihat di Eropa selatan. Penelitian yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Quaternary Science Reviews ini menyatakan bahwa populasi dubuk dari Afrika dan Eurasia menjadi terpisah selama maksimum glasial (kondisi iklim di Eropa selatan yang ekstrim untuk spesies ini sekitar 21.000 tahun lalu).
Selain dipengaruhi oleh iklim Eropa yang mengalami perubahan secara “drastis”, populasi fauna herbivora dan ekspansi manusia maka populasi dubuk dapat juga dipengaruhi oleh kombinasi dari ketiga faktor tersebut yang saling bersinergi.
Apa saja yang dilakukan oleh para peneliti untuk memperkuat analisanya ? Para peneliti mempelajari perubahan iklim di masa lalu dan mengidentifikasi daerah yang paling menguntungkan bagi dubuk di Eropa dengan menggunakan model pertama untuk melihat berbagai skenario iklim Pleistosen. Kemudian menggunakan model kedua untuk memperkirakan tingkat keparahan kondisi iklim bagi kelangsungan hidup hewan tersebut.
Dubuk (Crocuta crocuta) mulai terlihat punah pada akhir Pleistosen (sekitar 10.000 tahun yang lalu), bertepatan dengan maksimum glasial terakhir dan perluasan Homo sapiens. Sebagian besar spesies hyena menghilang selamanya, tetapi dubuk tutul masih dapat bertahan selama beberapa saat dan mengalami modifikasi jangkauan geografis agar dapat bertahan hidup.
Distribusi dubuk tutul terlihat secara umum di sub-Sahara Afrika, telah mengalami perubahan “secara substansial” dari Pleistosen hingga sekarang. Memang saat ini dubuk hanya ditemukan di Afrika, tetapi selama Pleistosen (hampir satu juta tahun yang lalu), dubuk sempat terlihat menghuni di Eurasia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar